Liputan6.com, Jakarta – Sebuah tambang batu bara lama di Kota Taebaek, Korea Selatan, kini hidup kembali. Namun, bukan untuk menambang, lokasi kini dijadikan tempat riset luar angkasa.
Korea Institute of Geoscience and Mineral Resources (KIGAM) bersama pemerintah kota Taebaek tengah mengubah tambang tua tersebut jadi fasilitas pengujian teknologi penambangan sumber daya di Bulan.
Baca Juga
Mengutip laman Popsci, Sabtu (17/5/2025), Taebaek dulu dikenal sebagai penghasil batu bara utama di Korea Selatan, bahkan dijuluki ‘kota emas hitam’.
Advertisement
Namun, seiring perubahan sumber energi, tambang-tambang di kota ini mulai ditutup. Baru sekarang, KIGAM melihat potensi baru dari lokasi tersebut sebagai tempat uji coba.
Menurut Dr. Kim Kyeong-ja, Direktur Pusar Eksplorasi dan Pemanfaatan Sumber Daya Luar Angkasa KIGAM, kondisi tambang mirip dengan gua bawah tanah di Bulan yang terlindung dari radiasi dan benturan meteor.
“Tambang ini gelap dan suhunya stabil, cocok untuk uji coba teknologi jelajah Bulan,” ujarnya. Dr. Kim juga menekankan efisiensi biaya karena memanfaatkan infrastruktur yang sudah ada.
Targetkan Penambangan Helium-3 dari Bulan
KIGAM memiliki ambisi mengembangkan teknologi untuk menambang sumber daya seperti helium-3, unsur langka di Bumi tapi melimpah di bulan.
Helium-3 disebut-sebut sebagai bahan bakar bersih masa depan, karena bisa digunakan untuk reaksi fusi tanpa menghasilkan limbah radioaktif.
“Helium-3 ringan, mudah diangkut, dan sangat menjanjikan secara ekonomi,” jelas salah satu pejabat KIGAM.
Selain itu, mereka juga membidik elemen tanah jarang yang penting untuk industri semikonduktor, baterai, dan teknologi tinggi lainnya.
Untuk itu, berbagai teknologi pencarian dan ekstraksi sedang dikembangkan bersama lembaga riset Korea lainnya.
Tambang Jadi Lokasi Uji Teknologi Eksplorasi
Bulan Maret lalu, KIGAM mendemonstrasikan beberapa teknologi penting di tambang Hamtae. Ini jadi uji coba pertama di dunia yang menggunakan tambang terbengkalai sebagai tempat simulasi penambangan bulan.
Beberapa alat yang diuji antara lain rover bulan yang bisa mengebor dan menganalisis tanah sekaligus, serta sistem Laser-Induced Breakdown Spectroscopy (LIBS) yang bisa mengidentifikasi lebih dari 50 elemen secara real-time.
Advertisement
Target Rampung di Tahun 2029
Ada juga alat ekstraksi sumber daya yang memanfaatkan panas matahari untuk memecah tanah bulan (regolith) menjadi oksigen, hidrogen, dan argon.
Teknologi ini bakal mendukung misi In-Situ Resource Utilization (ISRU) agar para astronot bisa memproduksi air dan udara langsung di bulan.
Target Rampung 2029
Kendati demikian, KIGAM mengakui bahwa membuat simulasi bulan di Bumi tetap punya tantangan, termasuk soal gravitasi.
Mereka berencana menambah ruang vakum dan teknologi gravitasi nol supaya mendekati kondisi bulan.
KIGAM menargetkan bisa menyelesaikan sekitar 10 perangkat utama eksplorasi bulan hingga tahun 2029, bekerja sama dengan berbagai lembaga pemerintah dan swasta.
Presiden KIGAM, Dr. Lee Pyeong-koo, menyebut transformasi ini sebagai momen yang membanggakan.
“Dari tempat yang dulu menyuplai energi lewat batu bara, sekarang kami bersiap membawa helium-3 dari bulan, bahan bakar masa depan umat manusia,” tuturnya.