Liputan6.com, Yogyakarta – Setiap 29 April diperingati sebagai Hari Tari Sedunia. Ini menjadi momen penting untuk lebih mengenal maestro-maestro tari dari dalam negeri, salah satunya Ni Luh Menek.
Mengutip dari berbagai sumber, Ni Luh Menek lahir pada 1939 di Desa Jagaraga, Buleleng, Bali. Ia dikenal tekun dan memiliki semangat dalam dunia seni tari tradisi Bali.
Namanya dikenal sebagai salah satu maestro tari yang mengabdikan hidupnya di bidang seni tari. Semangatnya juga dapat dilihat saat mengajar seni tari kepada murid muridnya.
Advertisement
Baca Juga
Ni Luh Menek pertama kali belajar tari atas bimbingan Pan Wandres dan dilanjutkan oleh Gde Manik. Kedua tokoh ini merupakan pencipta tari kebyar legong yang sekaligus mereka ajarkan kepada Menek.
Sosok Ni Luh Menek kerap diundang ke Istana Tampak Siring, Istana Bogor, dan Istana Negara. Ia menari di depan Presiden Soekarno. Saat itu, ia kerap diminta menarikan tarian teruna jaya (juga disebut taruna jaya atau truna jaya).
Ni Luh Menek pertama kali menarikan tarian teruna jaya saat usianya belasan. Tarian pertamanya di hadapan publik itu menjadikannya dirinya sebagai seorang seniman tari yang ahli. Bahkan, ia masih menarikannya saat usianya hampir 80 tahun.
Pada 1954, Ni Luh Menek menjadi penari yang mewakili Desa Jagaraga. Ia mulai menari ke seluruh pelosok Bali sebagai penari Gong Jagaraga.
Pada 1993, tari palawakya mulai dikembangkan. Ini merupakan tarian yang direkonstruksi dari tari klasik Bali oleh Gde Manik.
Beberapa Keahlian
Tarian ini memerlukan beberapa keahlian, seperti olah gerak dan olah suara yang selaras dengan instrumen musik. Dalam tarian ini, Ni Luh Menek mendapat dukungan olah suara dari Gede Putu Tirta Ngis.
Ni Luh Menek pun terus melestarikan dan mengembangkan seni tradisi tari klasik Bali. Salah satu usaha yang dilakukan adalah terus mengajarkan seni tari kepada generasi muda.
Ia juga menari di banyak tempat bersama para muridnya. Selain itu, Ni Luh Menek juga mengajarkan tari tradisional Bali kepada orang-orang asing. Kiprah Ni Luh Menek dalam dunia seni tari diikuti oleh anak-anaknya, Komang Sriwahyuni dan Made Suyatni.
Beberapa penghargaan telah didapatkannya, mulai dari penghargaan untuk tari teruna jaya dan palawakya dari Bupati Buleleng pada 2001, Penghargaan Seni Dharma Kusuma dari Pemerintah Provinsi Bali pada 2011, Penghargaan sebagai pelestari dan seniman tari dari Desa Tejakula pada 2013, serta penghargaan 35 tahun Bentara Budaya 2017 atas dedikasinya pada kesenian.
Saat ini, di usianya yang sudah 86 tahun, Ni Luh Menek masih aktif berpartisipasi dalam seni tari Bali. Ia tinggal di Desa Tejakula dan menurunkan tarian untuk murid-muridnya di sanggar tari Teja Manik di Banjar Dinas Sila Dharma, Tejakula, Buleleng, Bali.
Penulis: Resla
Advertisement