KUBET – Masyarakatnya Paling Depresi Menurut Survei, Pemerintah Jabar Bakal Sebar Psikolog Klinis di Seluruh Puskesmas

Liputan6.com, Bandung – Pemerintah Jawa Barat (Jabar) menyebutkan berdasarkan Survei Kesehatan Indonesia (SKI) terakhir menjadi provinsi dengan prevalensi depresi tertinggi di Indonesia yaitu 3,3 persen.

Menurut Sekretaris Daerah Jabar Herman Suryatman, angka prevalensi depresi ini menjadi peringatan bagi seluruh kelompok masyarakat.

“Jawa Barat harus bertransformasi dari provinsi dengan tingkat depresi tertinggi menjadi provinsi paling bahagia. Maka layanan kesehatan jiwa berbasis masyarakat harus segera diakselerasi,” ucap Herman dalam siaran medianya ditulis Bandung, Senin (19/5/2025).

Pemicu utama depresi yang dialami oleh sebagian besar masyarakat di Provinsi Jabar ucap Herman, yakni tekanan ekonomi.

Hal itu mengacu kepada tingginya angka perceraian yang diakibatkan tidak mapannya ekonomi keluarga masyarakat.

“Ada 96 ribu kasus perceraian di Jabar, 90 ribu di antaranya adalah gugatan dari perempuan. Ini menunjukkan ketahanan keluarga kita rentan,” kata Herman.

Selain itu, Herman juga menyoroti tingginya angka pinjaman online dan praktik judi online yang telah menjangkiti anak-anak.

Untuk itu, Herman menekankan pentingnya penanganan yang tak hanya kuratif, tapi juga promotif dan preventif.

“Kita butuh penataan kelembagaan dan SDM. Puskesmas bisa mulai melakukan pelayanan meski belum sempurna. Sambil berjalan kita terus sempurnakan. Jangan menunggu sempurna baru jalan,” terang Herman.

Herman juga meminta dukungan pemerintah pusat agar formasi psikolog klinis dapat difasilitasi, terutama bagi pusat kesehatan masyarakat (Puskesmas) yang telah berbadan layanan umum daerah (BLUD) dan memiliki kemandirian fiskal.

“Tujuan utama kita bukan hanya menambah formasi, tapi meningkatkan derajat kesehatan jiwa masyarakat secara konkret. Tidak perlu panjang prosesnya, kalau perlu langsung action. Yang penting niatnya demi kesehatan jiwa masyarakat Jabar,” ungkap Herman.

 

2 dari 5 halaman

Psikolog Klinis di Tingkat Pelayanan Primer

Hal serupa ditegaskan oleh Wakil Gubernur Jabar Erwan Setiawan bahwa psikolog klinis di tingkat pelayanan primer seperti Puskesmas sangat penting.

Otoritasnya berkomitmen menghadirkan layanan psikolog klinis di Puskesmas sebagai bagian dari upaya serius mengatasi tingginya prevalensi gangguan kesehatan jiwa di masyarakat.

“Psikolog klinis adalah lembaga kesehatan esensial di Puskesmas yang berperan dalam pencegahan, deteksi dini, intervensi, dan rehabilitasi masalah kesehatan jiwa,” ujar Erwan pada acara Sosialisasi Peran Psikolog Klinis dalam Penguatan Pelayanan Kesehatan Jiwa di Puskesmas se-Jawa Barat di Kantor Gubernur Jabar Gedung Sate, Kota Bandung, Jumat (9/5/2025).

Erwan menuturkan, layanan psikologi klinis yang profesional di tingkat primer dapat membantu menurunkan beban rumah sakit jiwa dan rumah sakit rujukan.

Oleh karena itu, Pemerintah Jabar berkomitmen untuk mendorong pemerataan layanan psikolog klinis di seluruh Puskesmas.

“Saya berharap paling tidak tahun depan 300-500 Puskesmas sudah memiliki psikolog klinis dan ke depan bisa merata di seluruh 1.000 lebih Puskesmas di Jabar,” tutur Erwan.

Erwan mengingatkan rencana pelayanan kesehatan jiwa bagi masyarakat di Provinsi Jabar ini harus disertai dengan kesiapan sumber daya manusia (SDM).

“Jangan sampai kita sudah sosialisasi, tapi psikolognya tidak ada. Segala sesuatu harus disiapkan secara matang dan ada aksi nyata, bukan hanya rapat-rapat tanpa implementasi,” tambahnya.

 

3 dari 5 halaman

Profesi yang Rentan Terpapar Gangguan Jiwa

Dilansir kanal Health Liputan6, para pekerja sosial yang sering kali harus berhadapan langsung dengan masyarakat dianggap rentan terpapar gangguan kejiwaan.

Gangguan ini disebabkan, para pekerja sosial ini harus rela melihat, mendengar dan merasakan langsung keluhan atau pun peristiwa yang dialami oleh masyarakat.

Semua hal tersebut menyebabkan pekerja sosial secara tidak langsung diwajibkan untuk mengesampingkan kepentingan pribadinya, baik secara fisik dan batin.

Menurut anggota Perhimpunan Dokter Spesialis Kedokteran Jiwa Indonesia, Teddy Hidayat, profesi pekerja sosial yang rentan terpapar gangguan kejiwaannya ini seperti anggota SAR, pemadam kebakaran, relawan bencana, PMI, polisi dan lainnya.

“Mereka itu harus melihat secara langsung kejadian yang sebenarnya karena pekerjaan mereka. Seperti melihat darah, ceceran bagian tubuh yang terpisah, mengangkat korban kecelakaan yang sedang trauma. Bahkan ada pula yang dimarahi masyarakat karena dianggap tidak sempurna dalam menjalankan tugas,” kata Tedy Hidayat saat dihubungi di Bandung, Jumat (4/8/2017).

Teddy mengatakan dampak gangguan kejiwaan akibat ikut menjalani peristiwa yang tidak normal saat bertugas, tidak serta merta langsung terdeteksi. Karena biasanya bagi seseorang yang pertama kali melihat peristiwa traumatis, hanya berdampak pada perubahan kegiatan rutin sehari-harinya.

Namun kata dia, dampak umum gangguan kejiwaan yang dialami oleh para pekerja sosial itu terlihat dari pola makan, tidur dan lambat laun dalam perilakunya.

“Yang biasanya senang mengkonsumsi daging, akhirnya berhenti karena sehari sebelumnya melaksanakan tugas evakuasi mayat. Kalau manusia normal tidur nyenyak, pekerja sosial ini sering bermimpi dengan kejadian-kejadian traumatik sebelumnya. Namun karena tuntutan pekerjaan maka seluruh kejadian abnormal itu menjadi hal lumrah,” ujar Teddy.

Paparan peristiwa traumatik itu jelas Teddy akan mengubah perilaku bahkan gaya hidup seseorang, seperti halnya para pekerja sosial. Awalnya, mereka tidak menyadari adanya gangguan jiwa tersebut. Tetapi seiring waktu, gangguan jiwa itu dapat dilihat dari apa yang sehari-hari dilakukan.

Seperti adanya ketergantungan atas suatu minuman atau makanan, sering bermimpi hal yang sama secara berulang, bahkan yang parah adalah sering berhalusinasi.

“Seperti suka mendengar suara-suara di sekitarnya yang sebenarnya tidak ada. Gangguan jiwa akut lainnya adalah berbicara seakan ada teman yang sedang berhadapan,” jelas Teddy.

Gangguan kejiwaan tersebut dipicu akibat tidak adanya lagi saringan kejadian atau informasi yang diterima karena tuntutan pekerjaan yang tidak boleh dipilah. Pada dasarnya setiap kejadian, informasi maupun peristiwa memiliki prioritas yang primer.

Tak hanya para pekerja sosial yang rentan terpapar gangguan kejiwaan, profesi jurnalis juga menurut Teddy, berpotensi memiliki penyimpangan kesehatan jiwa.

“Para pekerja media ini menerima apapun bentuk informasi dalam skala tak penting sampai sangat penting. Alasannya ya tuntutan pekerjaan. Ada bencana datang, ke pusat keramaian datang tanpa mengindahkan kepentingannya sendiri,” jelas Teddy.

 

4 dari 5 halaman

Penyebab Gangguan Jiwa

Dilansir Direktorat Jenderal Kesehatan Lanjutan Kementerian Kesehatan (Kemenkes) RI, Penyebab seseorang bisa menderita gangguan jiwa bermacam-macam atau disebut multifaktorial, yaitu:

•⁠ ⁠Faktor genetik atau keturunan

•⁠ ⁠Kondisi ibu selama dia mengandung, bila ada gangguan mental, emosional, atau fisik maka akan memengaruhi saraf otak janin yang dikandungnya

•⁠ ⁠Proses persalinan, bila ada komplikasi maka meningkatkan risiko

•⁠ ⁠Penyakit fisik seperti panas tinggi, kejang, atau penyakit berat lainnya mulai dari lahir sampai usia sekarang

•⁠ ⁠Riwayat jatuh, terbentur kepala, kena pukul atau kecelakaan

•⁠ ⁠Penggunaan Narkoba/Napza seperti: alkohol, ganja (cannabis). Shabu-shabu, Extasy, obat penenang, heroin (putaw), dll.

•⁠ ⁠Riwayat peristiwa traumatis, beban psikologis yang berat, masalah yang sulit diselesaikan, konflik, keinginan yang tidak tercapai, kemarahan yang terpendam, kesedihan yang mendalam, kehilangan, kekecewaan, dll.

Menurut psikatri dari RS Jiwa dr.H.Marzoeki Mahdi Bogor, dr. Lahargo Kembaren, Sp.KJ, semuanya itu membuat keseimbangan zat kimia di otak (neurotransmitter) menjadi berubah dan tidak stabil dan inilah yang memunculkan adanya perubahan pada cara berpikir, perasaan, sikap, dan perilaku.

Lahargo mengatakan ada enam gangguan jiwa yang sering terjadi dan memerlukan perhatian khusus:

1. Demensia

Kepikunan pada orang tua, ditandai dengan hilangnya daya ingat (memori), perubahan kepribadian, perubahan perilaku menjadi mudah marah, mudah sedih, perilaku tidak wajar seperti bicara dan tertawa sendiri, keluyuran, sulit belajar hal-hal yang baru.

2. Psikotik/skizofrenia:

Gangguan penilaian realitas ditandai dengan adanya halusinasi seperti mendengar suara-suara bisikan, melihat bayangan-bayangan, merasa di badan seperti ada yang menyentuh/meraba, seperti mencium bau-bauan yang tidak ada sumbernya, pembicaraan tidak nyambung, adanya waham yaitu keyakinan yang salah, seperti merasa dibicarakan orang lain, seperti merasa ada yang ingin berbuat tidak baik, merasa sebagai orang yang berbeda, seringkali disertai dengan perilaku agresif yang berbahaya seperti marah, merusak, dan melukai orang lain.

3. Depresi:

Perasaan sedih yang mendalam disertai dengan hilangnya semangat dan motivasi, badan jadi mudah lelah/tidak bertenaga, perubahan pada pola tidur dan pola makan, sulit konsentrasi/tidak fokus, dan ada keinginan untuk bunuh diri

4. Cemas/ansietas

Rasa cemas/khawatir/panik mendominasi gangguan ini, disertai dengan adanya perubahan pada tubuh seperti nafas cepat dan pendek, jantung berdebar, keringat dingin, nyeri/tidak nyaman di perut, pusing, pandangan kabur

5. Bipolar:

Ini adalah gangguan mood/perasaan, orang yang mengalaminya mengalami perubahan mood dari senang ke sedih yang berlebihan, saat senang merasa memiliki banyak energi, tidak tidur-tidur, mengerjakan banyak hal, ada perilaku berisiko, hasrat seksual meningkat, belanja berlebihan, membagikan barang tidak wajar, bicara cepat dan loncat dari satu topik lainnya. Pada lain kesempatan muncul gangguan depresi seperti gejala di atas

6. Gangguan kepribadian:

Suatu gangguan yang sudah mendalam ditandai dengan kepribadian yang tidak fleksibel dan kaku sehingga tidak bisa beradaptasi dengan baik dengan lingkungan.

•⁠ ⁠GK paranoid (gampang curiga),

•⁠ ⁠GK skizoid (dingin,tdk senang bersosialisasi),

•⁠ ⁠GK skizotipal (eksentrik,perilaku aneh),

•⁠ ⁠GK histrionik (ekspresif, ingin jadi pusat perhatian),

•⁠ ⁠GK narsisistik (ingin selalu diutamakan dan jadi nomor satu),

•⁠ ⁠GK ambang (emosi tidak stabil, mudah meledak-ledak),

•⁠ ⁠GK antisosial (tidak memperdulikan perasaan orang lain dan norma yang berlaku, banyak melanggar aturan),

•⁠ ⁠GK cemas menghindar (selalu menghindari berbagai tugas dan enggan mengambil suatu tanggung jawab),

•⁠ ⁠GK dependen (selalu bergantung pada orang lain dalam mengambil keputusan).

•⁠ ⁠GK anankastik (perfeksionis, keras kepala, serba teratur)

 

5 dari 5 halaman

Akibat dan Deteksi Dini Gangguan Jiwa

“Gangguan jiwa membuat seseorang menjadi terganggu fungsi dan produktivitasnya dan ini bisa mengganggu juga keluarga dan masyarakat,” tulis Lahargo.

Orang dengan gangguan jiwa tidak bisa sekolah, kuliah dan bekerja dengan baik. Fungsi sosial juga menjadi terganggu, ODGJ tidak mampu berinteraksi dengan sekitarnya dengan baik.

Kemampuan fokus, konsentrasi, atensi, memori, memutuskan untuk bertindak, kemampuan berkomunikasi, fungsi gerakan juga terganggu sehingga fungsi dan produktivitas menjadi terganggu.

“Dengan melakukan deteksi dini dan penanganan yang baik maka gangguan jiwa dapat cepat dipulihkan dan tidak mejadi makin berat. Deteksi dini gangguan jiwa dapat dilakukan di puskesmas, rumah sakit, psikiater, psikolog, perawat jiwa dan di rumah sakit jiwa,” terang Lahargo.

Pemeriksaan yang dilakukan adalah wawancara, pemeriksaan lab dan radiologi (bila diperlukan), tes kesehatan mental dan tes psikologis lainnya. Setelah diagnosis ditegakkan maka terapi akan segera dimulai dan kesembuhan akan cepat diraih. Pengobatan untuk gangguan jiwa berlangsung lama dan dibutuhkan konsultasi yang rutin.

Dengan melakukan deteksi dini dan pemeriksaan maka gangguan jiwa yang berat dapat dihindari sehingga bahaya juga bisa dicegah.

“Mari kita juga menghindari memberikan stigma dan diskriminasi bagi orang dengan gangguan jiwa karena mereka dan keluarganya sudah cukup menderita dengan gangguan jiwa yang dialaminya,” jelas Lahargo.

 

Comments

No comments yet. Why don’t you start the discussion?

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *