Liputan6.com, Beirut – Pasukan penjaga perdamaian Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) di Lebanon mengungkapkan telah menemukan lebih dari 225 peti berisi senjata di wilayah Lebanon selatan sejak diberlakukannya gencatan senjata antara Israel dan Hizbullah. Seluruh temuan tersebut telah diserahkan kepada militer Lebanon.
Gencatan senjata yang dimulai pada akhir November lalu mengakhiri konflik bersenjata yang telah berlangsung lebih dari setahun antara Israel dan Hizbullah, kelompok bersenjata yang didukung Iran. Dua bulan terakhir sebelum gencatan ditandai dengan pertempuran intens antara kedua pihak.
Baca Juga
Dalam kesepakatan gencatan senjata itu, Hizbullah setuju menarik pasukannya ke utara Sungai Litani, sementara Israel diminta menarik mundur seluruh pasukannya dari Lebanon selatan. Namun, hingga kini Israel masih mempertahankan kehadiran militernya di lima wilayah yang mereka anggap strategis.
Advertisement
Tentara Lebanon telah mulai dikerahkan di wilayah selatan, menggantikan posisi pasukan Israel yang mulai mundur. Infrastruktur militer milik Hizbullah pun dilaporkan telah dibongkar, dikutip dari laman Times of Israel, Selasa (13/5/2025).
“Sejak gencatan senjata 27 November dimulai, pasukan penjaga perdamaian telah menemukan lebih dari 225 tempat penyimpanan senjata dan menyerahkannya kepada tentara Lebanon,” demikian pernyataan dari Pasukan Sementara PBB di Lebanon (UNIFIL).
UNIFIL juga merupakan bagian dari komite pemantau gencatan senjata bersama mediator dari Prancis, Amerika Serikat, serta perwakilan dari pemerintah Israel dan Lebanon.
Dengan dukungan UNIFIL, militer Lebanon kini telah menempati lebih dari 120 pos permanen di wilayah selatan Sungai Litani. Namun, UNIFIL menyoroti keberadaan pasukan Israel di lima wilayah tersisa yang dinilai menghambat pengerahan penuh tentara Lebanon di daerah tersebut.
Pemimpin kelompok militan Hizbullah Lebanon mengatakan pada hari Jumat bahwa para pejuangnya tidak akan melucuti senjata selama pasukan Israel masih berada di Lebanon selatan dan angkatan udara Israel secara teratur melanggar wilayah udara Lebanon.